Senin, 14 Januari 2013

Bintang Laut Keemasan


Satu hal yang selalu ku syukuri adalah karena aku terlahir di sebuah wilayah pesisir. Memang rumahku tidak tepat berada di pinggir pantai. Namun jarak pantai dari kediamanku sendiri pun tidak begitu jauh, hanya menempuh 30 menit perjalanan.
Aku sangat suka pantai, melebihi rasa suka ku pada cokelat (cokelat yang enak itu kan rata-rata mahal, untuk ukuran kantong mahasiswa sepertiku itu adalah sebuah pemborosan).
Aku suka pantai,
Aku suka bau asin angin saat aku berada di tepi pantai,
Aku suka suara ombak yang datang silih berganti, seolah-olah membawa perasaan negatif dan memunculkan perasaan positif,
Aku suka saat kakiku merasakan pasir pantai yang tidak lembut, tapi juga tidak menyakitkan,
Aku suka menatap kapal laut yang sedang di gunakan para nelayan sekedar untuk mencari nafkah untuk keluarganya,
Aku suka memandanga saat matahari terbit ataupun tenggelam di lepas pantai sana,
Aku suka melihat kawanan burung yang melintas untuk mencari makan atupun hanya untuk  bergerak memamerkan sayapnya yang dapat membuatnya terbang.
Aku mengamati pantai ku. Sudah berapa lama aku tidak mengunjunginya?
Keadaanku yang sekarang memang tidak memungkinkan untukku mengunjungi pantaiku terlalu sering. Kini aku adalah seorang perantau di sebuah kota yang tidak mempunyai pantai.
Aku menarik nafas panjang, berusaha menikmati udara-udara di sekelilingku yang membuatku nyaman, rasanya seperti kembali ke waktu dulu.
Mataku menangkap pemandangan yang menarik kala itu. Seorang kakek berwajah arif sedang di kelilingi anak-anak kecil.
“Bintang laut berwarna keemasan….”
“Apa itu ada kakek?” tanya seorang anak laki-laki, ku taksir umurnya sekitar 4 atau 5 tahun dengan gigi tanggal di bagian depannya, khas anak kecil.
“Jika kau percaya, itu pasti ada…”
“Dapatkan aku menemukannya?” kata seorang Gadis dengan rambut kepang dua, matanya berbinar indah dengan pita-pita lucu yang menghiasinya.
“Hanya orang yang mempunyai jiwa yang bersih yang bisa menemukannya.”
“Jadi, aku juga bisa menemukannya?” kata  anak laki-laki itu bersemangat.
“Tentu saja…” kakek itu tersenyum menenangkan, dan anak-anak di sekelilingnya pun ribut berkasak-kusuk ria, merencanakan untuk mencari bintang laut itu.
“Memangnya, untuk apa bintang laut itu?” kataku bersuara, sejak tadi aku memang sudah bergabung dengan kerumunan kecil itu, mengamati polah mereka dari dekat.
“Kakak tidak tahu ya? Bintang laut itu bisa mengabulkan keinginan kakak!” gadis kepang dua itu menjawab.
Aku terkekeh pelan… “Wow, ajaib sekali kalau begitu. Lalu, apa yang akan kau minta dari bintang laut itu?”
“Aku ingin minta agar bisa bertemu Ayah dan main mobil-mobilan sama Ayah.” Anak laki-laki itu menjawab.
“Aku ingin boneka barbie seperti punya temanku.”
“Aku ingin pergi ke taman ria bersama ayah dan ibu.”
“Aku ingin nonton film sama kakak ku.”
Dan satu-satu anak mulai mengatakan keinginannya. Aku tersenyum mendengar permintaan lugu mereka. Betapa sangat sederhana, namun terasa hangat sampai ke hati.
Aku berpamitan pada kakeh bermata arif itu, dan ia memberikan senyum yang teduh padaku.
Aku mulai menyisir tepi pantai dengan membawa lamunan-lamunan indah yang tiba-tiba datang dan menyesaki otakku ketika aku melihat cahaya kecil di kejauhan. Aku yang penasaran berlalu ke arahnya dan dengan kaki telanjang, aku berjalan ke cahaya itu dan meraih cahaya di dalamnya.
Bintang laut keemasan. Itu nyata, dan kini ada dalam genggamanku, berpendar indah di senja yang berkilau.
Satu permintaan.
Apa permintaanku?
Bintang laut itu masih berpendar indah di tanganku.
Jadi, apa keinginanku yang sesungguhnya?
Aku memejamkan mataku dan berbisik pelan…
“Aku ingin….”
@@@
Teman perjalananku membangunkan aku dari tidur sesaatku.
“Apa kita sudah sampai?” tanyaku dengan linglung.
Aku ingat bahwa aku kini sedang dalam perjalanan pulang setelah kemarin menempuh berbagai ujian akhir. Sedikit liburan untuk merefreshingkan otak.
“Sebentar lagi, sebaiknya kita bersiap.” Katanya kemudian.
Aku lalu mengambil barang bawaanku sambil memikirkan mimpi yang tiba-tiba tercetak. Apa yang kumimpikan mungkin hanyalah hadiah dari Tuhan untuk menemani perjalanannku. Tentang sesuatu yang ku inginkan?
Aku rasa aku tidak perlu mencari Bintang Laut keemasan untuk mengabulkan permintaan itu. Yang ku butuhkan hanyalah tekad yang kuat dan perasaan bahagia yang bisa ku cari dan ku buat sendiri. Tentunya dengan orang-orang yang berharga dalam hidupku…
Bis telah berhenti di terminal tujuanku. Aku berdiri dengan di dahului oleh teman perjalananku. Ia menggenggam erat tanganku dan menuntuku untuk segera turun dari bis.
Beberapa saat aku mengamati tangan hangat yang menggenngam erat tanganku. aku tersenyum melihatnya, entah bagaimana dia lalu memandangku dan memberikan juga senyum yang selalu membuat hariku lebih berwarna.  Dia salah satu orang berhargaku yang memberikan kebahagiaan untuk ku. Dan aku janji, akan menjaganya dengan sepenuh jiwaku.
 :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar