Satu hal yang selalu ku syukuri adalah karena aku terlahir
di sebuah wilayah pesisir. Memang rumahku tidak tepat berada di pinggir pantai.
Namun jarak pantai dari kediamanku sendiri pun tidak begitu jauh, hanya menempuh
30 menit perjalanan.
Aku sangat suka pantai, melebihi rasa suka ku pada cokelat
(cokelat yang enak itu kan rata-rata mahal, untuk ukuran kantong mahasiswa
sepertiku itu adalah sebuah pemborosan).
Aku suka pantai,
Aku suka bau asin angin saat aku berada di tepi pantai,
Aku suka suara ombak yang datang silih berganti, seolah-olah
membawa perasaan negatif dan memunculkan perasaan positif,
Aku suka saat kakiku merasakan pasir pantai yang tidak
lembut, tapi juga tidak menyakitkan,
Aku suka menatap kapal laut yang sedang di gunakan para
nelayan sekedar untuk mencari nafkah untuk keluarganya,
Aku suka memandanga saat matahari terbit ataupun tenggelam
di lepas pantai sana,
Aku suka melihat kawanan burung yang melintas untuk mencari
makan atupun hanya untuk bergerak
memamerkan sayapnya yang dapat membuatnya terbang.
Aku mengamati pantai ku. Sudah berapa lama aku tidak
mengunjunginya?
Keadaanku yang sekarang memang tidak memungkinkan untukku
mengunjungi pantaiku terlalu sering. Kini aku adalah seorang perantau di sebuah
kota yang tidak mempunyai pantai.
Aku menarik nafas panjang, berusaha menikmati udara-udara di
sekelilingku yang membuatku nyaman, rasanya seperti kembali ke waktu dulu.
Mataku menangkap pemandangan yang menarik kala itu. Seorang kakek
berwajah arif sedang di kelilingi anak-anak kecil.
“Bintang laut berwarna keemasan….”
“Apa itu ada kakek?” tanya seorang anak laki-laki, ku taksir
umurnya sekitar 4 atau 5 tahun dengan gigi tanggal di bagian depannya, khas
anak kecil.
“Jika kau percaya, itu pasti ada…”
“Dapatkan aku menemukannya?” kata seorang Gadis dengan
rambut kepang dua, matanya berbinar indah dengan pita-pita lucu yang
menghiasinya.
“Hanya orang yang mempunyai jiwa yang bersih yang bisa
menemukannya.”
“Jadi, aku juga bisa menemukannya?” kata anak laki-laki itu bersemangat.
“Tentu saja…” kakek itu tersenyum menenangkan, dan
anak-anak di sekelilingnya pun ribut berkasak-kusuk ria, merencanakan untuk
mencari bintang laut itu.
“Memangnya, untuk apa bintang laut itu?” kataku bersuara,
sejak tadi aku memang sudah bergabung dengan kerumunan kecil itu, mengamati
polah mereka dari dekat.
“Kakak tidak tahu ya? Bintang laut itu bisa mengabulkan
keinginan kakak!” gadis kepang dua itu menjawab.
Aku terkekeh pelan… “Wow, ajaib sekali kalau begitu. Lalu,
apa yang akan kau minta dari bintang laut itu?”
“Aku ingin minta agar bisa bertemu Ayah dan main
mobil-mobilan sama Ayah.” Anak laki-laki itu menjawab.
“Aku ingin boneka barbie seperti punya temanku.”
“Aku ingin pergi ke taman ria bersama ayah dan ibu.”
“Aku ingin nonton film sama kakak ku.”
Dan satu-satu anak mulai mengatakan keinginannya. Aku tersenyum
mendengar permintaan lugu mereka. Betapa sangat sederhana, namun terasa hangat
sampai ke hati.
Aku berpamitan pada kakeh bermata arif itu, dan ia
memberikan senyum yang teduh padaku.
Aku mulai menyisir tepi pantai dengan membawa
lamunan-lamunan indah yang tiba-tiba datang dan menyesaki otakku ketika aku
melihat cahaya kecil di kejauhan. Aku yang penasaran berlalu ke arahnya dan
dengan kaki telanjang, aku berjalan ke cahaya itu dan meraih cahaya di
dalamnya.
Bintang laut keemasan. Itu nyata, dan kini ada dalam
genggamanku, berpendar indah di senja yang berkilau.
Satu permintaan.
Apa permintaanku?
Bintang laut itu masih berpendar indah di tanganku.
Jadi, apa keinginanku yang sesungguhnya?
Aku memejamkan mataku dan berbisik pelan…
“Aku ingin….”
@@@
Teman perjalananku membangunkan aku
dari tidur sesaatku.
“Apa kita sudah sampai?” tanyaku
dengan linglung.
Aku ingat bahwa aku kini sedang
dalam perjalanan pulang setelah kemarin menempuh berbagai ujian akhir. Sedikit liburan
untuk merefreshingkan otak.
“Sebentar lagi, sebaiknya kita
bersiap.” Katanya kemudian.
Aku lalu mengambil barang
bawaanku sambil memikirkan mimpi yang tiba-tiba tercetak. Apa yang kumimpikan
mungkin hanyalah hadiah dari Tuhan untuk menemani perjalanannku. Tentang sesuatu
yang ku inginkan?
Aku rasa aku tidak perlu mencari
Bintang Laut keemasan untuk mengabulkan permintaan itu. Yang ku butuhkan
hanyalah tekad yang kuat dan perasaan bahagia yang bisa ku cari dan ku buat
sendiri. Tentunya dengan orang-orang yang berharga dalam hidupku…
Bis telah berhenti di terminal
tujuanku. Aku berdiri dengan di dahului oleh teman perjalananku. Ia menggenggam
erat tanganku dan menuntuku untuk segera turun dari bis.
Beberapa saat aku mengamati
tangan hangat yang menggenngam erat tanganku. aku tersenyum melihatnya, entah bagaimana dia lalu memandangku dan memberikan juga senyum yang selalu membuat hariku lebih berwarna. Dia salah
satu orang berhargaku yang memberikan kebahagiaan untuk ku. Dan aku janji, akan
menjaganya dengan sepenuh jiwaku.
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar